Cho Story - Kirain Neng ...........

Hari itu Jakarta sedang menggeliat, udara panas dan sinar matahari terik membuat siapa saja ingin berdiam diri saja di rumah menghindari sinar ultraviolet yang xilau bukan main. Atau pergi ke minimarket dan keliling-keliling disana selama dua jam, pura-pura belanja padahal numpang ngadem. Dan hari itu aku baru saja kembali dari Gor Ciracas mengambil peralatan untuk volunteer Asian Games. Sekantong besar berisi jaket, sepatu, baju dan lain-lain kujinjing dengan bahagia dan bangga. Hey i'm volunteer of Asian Games 2018. Iya Jumawa. Aku pergi sendiri ke Jakarta pada saat itu, mungkin kalau orang lain lihat akan berpikir "eh ada anak SMP nyasar", ya ya karena perawakanku yang belum tinggi (bahasa diperhalus) bisa jadi orang menyangka aku ini anak SMP. hm~

Setelah mengambil barang-barang dari Ciracas, aku pun langsung pergi ke Terminal Kampung Rambutan untuk pulang kembali lagi ke Sumedang. Ya~ aku adalah tipe orang yang kalau sudah melakukan sesuatu di satu tempat ya sudah pulang saja, tidak bertele-tele, tegas, lugas, to the point! Padahal menye-menye. Ditambah memang tidak ada teman yang menemani jadi mau main pun gak asyik kalau sendiri. 

Karena pada saat itu panas terik yang bisa bikin orang menyangka ia ada di neraka, maka berontaklah cacing-cacing yang ada di perut ini. Well let's take our lunch my worm. Aku pun melihat sekeliling, menelisik warung-warung yang 'sepertinya' enak dan murah. Lantas aku teringat obrolan dengan bapak waktu pergi pertama kali untuk urusan Volunteer bersama bapak.
               
                  "Ini tempat makan favorit kakek, kalau ke sini pasti suka makan disini" - Bapak, 2018

Berhubung selera makan kakek dan bapak cukup bagus, kupikir tak ada salahnya mencoba. maka siang itu kami (aku dan cacingku) makan pecel lele + es teh manis bersama. Ya ya memang B aja, kebetulan lagi laper yang penting cepat pilih tempat makan. Setelah berjibaku dengan pecel aku pun segera ke tempat tunggu bis. Kebayang kan posisi sedang full tank kemudian naik bis yang aromanya bermacam-macam. Eniwei aku termasuk ke dalam orang yang sensitif terhadap bau, jadi mencium bau mesin bis atau aroma bermacam-macam di dalam bis membuatku seringkali mual. Dan it's happen. Warning! : Bagi orang yang tidak suka baca permuntahan stop sampai disini.

Baru saja aku duduk perutku sudah bergejolak. Oh Tuhan tolong jangan sekarang. Tapi sepertinya semesta ingin memberiku kenangan yang lucu. Dan fwala keluar juga, tapi masih bisa tertahan di mulut. Iew mohon maaf ini menjijikan. Pada saat seperti itu datanglah penyelamatku, yaitu tukang Anggur. Ia baru saja naik dan langsung menawariku buah anggurnya.

                    "Neng anggur neng oleh-oleh, buat dijalan dimakan neng"

Aku menggeleng dengan senyum tertahan, otakku masih berpikir where i can find a kantong kresek. Tiba-tiba abang anggur tadi duduk disebelahku, lalu kulihat kresek yang ada di pangkuannya. aha~ ide cerdas muncul, aku buru-buru mengambil kertas dan pulpen untuk menulis kalimatku. (Gak bisa ngomong karena mulut penuh). Lalu ku tulis : 
                     pak boleh dibeli kantong kreseknya?
Abang anggur tadi tiba-tiba menatapku dengan iba dan memberikan satu kantong kresek, aku kemudian mengangguk untuk mengucapkan terimakasih. Dan membuang semuanya ke dalam kantong kresek, alhamdulillah~. Setelah membereskan perkara per-mual-an, aku pu  segera berbicara ke abang anggur.

             "Pak makasih, berapa kreseknya?" tanyaku, Abang anggur terkejut kemudian tertawa
            "Eh neng, kirain neng gagu gak bisa ngomong jadi ngasih kertas begini" abang anggur sepertinya ingin tertawa terbahak-bahak tapi ingat sedang berada di bis. aku hanya tertawa heheh heheh tidak tahu harus merespon bagaimana
          "Bapak teh mikir, kasian si neng cantik-cantik gabisa ngomong" dia tertawa lagi sedikit lepas, sekali lagu aku hanya ter-heheh-heheh. Akhirnya untuk mengucapkan terimakasih, satu bungkus anggur kubawa pulang ke Sumedang. 

Yah walaupun sedikit sebal setidaknya aku memiliki cerita untuk diceritakan nanti ketika sampai rumah. Dan ketika diingat lagi sekarang, rasanya lucu, tidak terbayang bagaimana jadinya jika abang anggur tidak naik bis dan duduk di sebelahku. Love you pak~

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer