Chostory - What People Say to Karateka
(Foto ini diambil ketika tergabung menjadi Tim Pertamina Jakarta.
Terimakasih coach Kang Yopie yang sudah berjuang untuk kami bisa disini)
Kenapa orang suka banget merasa lemah dan
menyerahkan pekerjaan berat ke orang yang dianggapnya kuat? Sometimes it happens to me.
Sejak SMP aku sudah mengikuti
ekstrakulikuler karate, gara-gara pengaruh dari Kakakku yang juga ikut
ekstrakulikuler saat dia masih SMA. Pada saat itu dia selalu pergi subuh-subuh
untuk berangkat kejuaraan dan pulang dengan bawa medali, that was cool in my eyes. Jadi karena itu aku memutuskan untuk ikut
karate dan menjadi karateka (orang yang mengikuti karate) juga, ceritanya biar
jadi populer biar jadi anak
berprestasi ekhem.
Tapi sejak saat itu, dunia berubah. Dengan
hilangnya avatar Aang dunia menjadi kacau, oh bukan. Sejak aku mengikuti karate
orang-orang berbicara seakan aku ini memiliki kekuatan Hulk, oh migot. Apa yang kalian pikirkan ketika
mendengar karate? Memecahkan batu bata dengan kepala? Mematahkan genteng dengan
tangan? Menendang tembok sampai bolong? Membanting orang sampai terlempar 200
meter? Ya! Semua itu adalah yang dipikirkan orang-orang disekitarku.
Memang sih saat sesi demonstrasi penerimaan
siswa baru di sekolah terkadang ada atraksi yang kami sebut ‘Pemecahan’. Seperti
memecahkan batu bata dengan jidat, memecahkan genteng dengan pukulan empat
arah, bahkan digiles motor dengan kekuatan perut pun pernah. Tapi tolong
diingat saat latihan rutin kami tidak
melakukan itu. Bisa habis dong genteng sekolah kalau kami terus-terusan
latihan begitu, memangnya mau debus? Bisa-bisa kepala sekolah marah-marah
karena atap kantornya bolong karena kami pakai latihan. Tapi walaupun begitu,
ada rasa kesenangan tersendiri ketika kita berhasil memecahkan batu bata atau
genteng itu, dan percaya tidak percaya, ada rasa bangga tersendiri ketika kita
mendapat memar barang sedikit saja. It’s
mean we are strong huehehe.
Tapi gara-gara itu, orang-orang menganggap
kami adalah Hulk. Selalu ada kejadian dimana ketika aku sedang berkumpul dengan
teman-temanku, entah di sekolah atau di manapun ada satu temanku yang selalu
kesulitan membuka tutup botol air minum. Ia memutar-mutar tangannya sampai
merah dengan ekspresi wajah yang sangat berusaha, dengan nafas terengah-engah,
mata yang melotot dan gigi yang gemertak. Wow. Tapi akhirnya dia menyerah dan
mulai melemparnya ke orang lain “bantuin
buka ini dong”, lalu biasanya mereka akan serempak menyerahkan padaku, “Fantria aja, kan tukang karate”. Guys please,
apa hubungannya keahlian membuka botol dengan karate? Kami tidak pernah
berlatih membuka tutup botol bersama-sama dengan pelatih di depan kami dan
berkata
“Ayo
semua! Berusaha untuk bisa membuka semua tutup botol, orang-orang berharap
banyak sama kita! Buka dalam satu tarikan nafas, Hiyaaaattt!!”
Kan gak gitu.
Kisah lainnya, biasanya hal ini terjadi
ketika aku bercanda dengan teman-temanku cowok. Pada saat itu kami bercanda
dengan saling mengejek, lalu tiba-tiba ada seseorang berkata “Heh maneh ulah wawanianan ka si Fantria,
bisi dibanting” (Heh kamu jangan berani-berani sama Fantria, nanti
dibanting) lalu semua bersorak “eh iya bener-bener”, sampai sekarang hal itu
masih terjadi, dimanapun. Teman-teman, aku tidak seperkasa itu sampai
membanting orang-orang yang bercanda denganku. Kalau ibu kantin bercanda
denganku gimana? Tiba-tiba aku banting terus aku bilang “Berani-beraninya bercanda dengan saya, fuh~” sambal meniup ke
udara. Besoknya aku gak diizinin jajan disitu. Mimpi buruk.
Di rumah pun sama halnya, misalnya ketika
ada tamu datang ke rumah. Pernah suatu ketika saking banyaknya tamu yang
datang, kami orang rumah sampai harus membawa kursi tambahan ke ruang tamu.
Pada saat itu, seperti biasa kakakku menumbalkanku untuk membawa kursi itu ke
ruang tamu, ketika kuangkat dan kubawa ke ruang tamu, semua ibu-ibu disana
berkata.”Eh neng, kade beurat” (Eh
neng hati-hati berat), lalu yang lain menimpali “Eh ieu mah si neng karate tea nya, ah tos biasa nya neng, kuatan
karate mah” (Eh ini mah si neng karate ya, ah sudah biasa ya neng, kuat
kalo karate mah), uh~ aku gak bisa
komentar apa-apa lagi.
Tapi walaupun banyak orang yang menganggap
seperti itu, aku bersyukur dengan ikutnya aku di karate setidaknya tubuhku
terlatih untuk selalu terus berolahraga. Dan sangat terasa sekali perbedaannya
ketika setiap hari latihan lalu tiba-tiba tidak latihan lagi. Sedikit kekuatan
di tubuh menurun. Selain itu tempat latihan dan orang-orang di tempat latihan yang membuatku nyaman. Dan yang paling penting, dari latihan ini aku mengetahui
teknik-teknik dasar untuk bertahan dan menyerang jika memang dibutuhkan. Jadi
mau aku banting gak?
Kayak tau deh yang suka minta bukain tutup botol. Siapa ya?!
BalasHapus