Sepucuk Surat
Masih segar dalam ingatan saat kali terakhir kau lantunkan doa “Ya Allah, Teh Ayu bageur sing enggal katampi padamelan, sing sehat, sing enggal pendak jodohna”, ucapmu di sela-sela rasa sakit yang menjalar tubuh.
Aku yang sedang membasuh wajahmu hanya bisa mengaminkan sembari terus membersihkan sela-sela sudut matamu. Saat itu aku tidak tahu kalau itu adalah kesempatan terakhir untuk mendengarmu berdoa, kalau aku tahu mungkin akan ku pinta kau berdoa yang banyak agar aku dapat selalu bersamamu.
Kadang aku lupa sekarang kesempatan itu sudah hilang. Masih terasa kecupanmu di dahiku sembari melantunkan doa agar aku diberikan kelancaran dalam setiap usahaku. Masih terngiang di telingaku saat kau ucapkan ‘selamat menikmati perjalanan’ setiap aku bepergian. Masih tersisa dalam ingatanku saat kau tanya ‘gimana kerjaannya?’.
Kini
aku hanya bisa melihat sisa-sisa teks kita.
Kini
aku hanya bisa mengirim doa.
Kini
aku hanya bisa memohon agar kau berbahagia disana.
Lihat, salah satu doamu terkabul, tunggu sebentar lagi untuk doa lainnya. Walaupun aku belum sesuci yang diharapkan, semoga segala permohonanku sampai pada sang pencipta.
Mampirlah
sesekali di mimpi, anak tengahmu sedang rindu.
Komentar
Posting Komentar